PBSB sudah bergulir sejak tahun 2005. Program ini menjadi salah satu upaya Pemerintah melalui Kementerian Agama untuk memperluas akses bagi santri berprestasi untuk bisa kuliah di sejumlah perguruan tinggi ternama di Indonesia.
Bidang yang digeluti juga beragam, antara lain: ilmu kedokteran, kesehatan, farmasi, keperawatan, ilmu murni (Matematika, Fisika, Biologi, Kimia), teknik industri, teknik sipil, teknik mesin, teknologi informasi, teknik perkapalan, pertanian, agribisnis, ilmu agama Islam (Islamic Studies), seni dan desain, hingga bahasa dan ilmu pengetahuan budaya. Dari situ, kiprah alumni pesantren dalam pembangunan di masa mendatang lebih variatif, tidak hanya pada aspek pendidikan agama dan keagamaan.
Menurut Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ahmad Zayadi, kuota beasiswa PBSB tahun ini berjumlah 290 dan tersebar di 14 PTM. Keempat belas PTM tersebut terdiri dari tujuh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), yaitu: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (menjalin kemitraan PBSB sejak 2005), UIN Sunan Ampel Surabaya (sejak 2006), UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sejak 2007), UIN Walisongo Semarang (sejak 2007), UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (sejak 2009), UIN Sunan Gunung Djati Bandung (sejak 2013), dan UIN Alauddin Makassar (sejak 2016).
Tujuh PTM lainnya adalah perguruan tinggi umum, yaitu: Institut Pertanian Bogor (menjalin kemitraan PBSB sejak 2005), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya (sejak 2006), Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta (sejak 2006), Universitas Airlangga (Unair) Surabaya (sejak 2007), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung (sejak 2010), Universitas Cendrawasih (Uncen) Jayapura (sejak 2016), dan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta (sejak 2018).
Selain mendapat biaya perkuliahan, para santri yang lolos seleksi PBSB ini nantinya akan mendapat insentif bulanan serta dana pembinaan.
Berbeda dengan sebelumnya, beasiswa PBSB tahun ini hanya akan diberikan khusus kepada madrasah aliyah swasta yang berada di pesantren. “Dua tahun lalu, akses terhadap program ini juga diberikan kepada santri pondok pesantren yang belajar di MAN. Tahun ini, beasiswa khusus diberikan kepada santri yang belajar di MA swasta milik pesantren.
Saat kali pertama dibuka pada 2005, PBSB hanya merekrut 33 santri. Jumlah ini secara berturut meningkat menjadi 177 santri (2006), 381 santri (2007), dan 442 santri (2008). Sempat turun menjadi menjadi 342 santri (2009), kuota PBSB kembali naik menjadi 675 santri (2010).
Sejak tahun 2011, kuota PBSB terus turun menjadi 552 santri, 337 santri (2012), dan 163 santri (2013). Pada tahun 2014, kembali naik menjadi 359 santri, lalu 515 santri di 2015. Kuota PBSB kembali turun pada 2016 menjadi 143 santri dan 157 santri di 2017. Tahun ini, kuota PBSB adalah 290 santri.
Tujuh PTM lainnya adalah perguruan tinggi umum, yaitu: Institut Pertanian Bogor (menjalin kemitraan PBSB sejak 2005), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya (sejak 2006), Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta (sejak 2006), Universitas Airlangga (Unair) Surabaya (sejak 2007), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung (sejak 2010), Universitas Cendrawasih (Uncen) Jayapura (sejak 2016), dan Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Jakarta (sejak 2018).
Selain mendapat biaya perkuliahan, para santri yang lolos seleksi PBSB ini nantinya akan mendapat insentif bulanan serta dana pembinaan.
Berbeda dengan sebelumnya, beasiswa PBSB tahun ini hanya akan diberikan khusus kepada madrasah aliyah swasta yang berada di pesantren. “Dua tahun lalu, akses terhadap program ini juga diberikan kepada santri pondok pesantren yang belajar di MAN. Tahun ini, beasiswa khusus diberikan kepada santri yang belajar di MA swasta milik pesantren.
Saat kali pertama dibuka pada 2005, PBSB hanya merekrut 33 santri. Jumlah ini secara berturut meningkat menjadi 177 santri (2006), 381 santri (2007), dan 442 santri (2008). Sempat turun menjadi menjadi 342 santri (2009), kuota PBSB kembali naik menjadi 675 santri (2010).
Sejak tahun 2011, kuota PBSB terus turun menjadi 552 santri, 337 santri (2012), dan 163 santri (2013). Pada tahun 2014, kembali naik menjadi 359 santri, lalu 515 santri di 2015. Kuota PBSB kembali turun pada 2016 menjadi 143 santri dan 157 santri di 2017. Tahun ini, kuota PBSB adalah 290 santri.
Seleksi PBSB menggunakan Computer Based Test (CBT). Jadwal serta lokasi pelaksanaan ditentukan oleh Kanwil Kemenag Provinsi, kecuali untuk pilihan prodi di UNAIR Surabaya, pihak UNAIR menetapkan bahwa pelaksanaan seleksi dilakukan di kampus UNAIR Surabaya, bukan pada wilayah masing-masing seperti pada pilihan prodi lainnya. Biaya transportasi dan akomodasi selama proses seleksi di UNAIR juga ditanggung oleh masing-masing santri.
Tes CBT dibagi menjadi empat sessi. Pertama, Tes Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan kepesantrenan selama 60 menit. Kedua, Tes Potensi Akademik selama 70 menit.
Sessi ketiga adalah Tes Kemampuan Bidang Studi (120 menit). Untuk materi MIPA, tes mencakup: Matematika IPA, Fisika, Kimia, dan Biologi. Sedang untuk materi IPS, tes mencakup: matematika IPS, ekonomi, sosiologi, dan geografi. Untuk materi keagamaan, tes mencakup: Fiqih, Tafsir, Hadits, Aqidah Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Sedangkan sessi keempat adalah wawancara (150 menit). Sessi ini hanya dilakukan untuk peserta seleksi yang mengambil pilihan studi di UIN Malang.
Setalah pelaksanaan Ujian Tanggal 15 Mei 2018 kemarin, Penentuan Kelulusan akan dilaksanakan tanggal 1 Juni 2018 dan Pengumuman Kelulusan tanggal 4 Juni 2018.
Dalam PBSB kali ini, Kementerian Agama Kab. Bantaeng melalui Seksi PD Pontren mengutus sebanyak 34 orang santri Pondok Pesantren yang berasal dari MA Ponpes DDI Mattoanging (20 orang) dan MA Ponpes As'adiyah Dapoko Bantaeng (14 orang). Pelaksanaan ujian bertempat di MAN 2 Model makassar.
Para peserta ujian PBSB didampingi oleh masing-masing guru pendamping. Dari DDI Mattoanging didampingi oleh Ahmad Rafiq, S.Pd dan dari Ponpes As'adiyah Dapoko didampingi oleh Asrar S.Kom.
Para peserta ujian PBSB didampingi oleh masing-masing guru pendamping. Dari DDI Mattoanging didampingi oleh Ahmad Rafiq, S.Pd dan dari Ponpes As'adiyah Dapoko didampingi oleh Asrar S.Kom.