Dalam tausyiahnya H. Muhammad Yunus mengangkat cerita tentang diterimanya amalan ibadah haji seseorang hamba meskipun tidak berangkat ke tanah suci yang dikisahkan seorang ulama masyhur dari Makkah yakni Abu 'Abdurrahman Abdullah Ibn Al Mubarak Al Hanzhali Al Marwazi.
Suatu ketika, setelah selesai menjalani ritual ibadah haji, Abu Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua Malaikat yang turun dari langit, dan mendengar percakapan keduanya.
"Berapa orang yang datang tahun ini untuk berhaji ?" tanya salah satu Malaikat kepada malaikat lainnya.
"Enam ratus ribu jama'ah" jawab Malaikat yang ditanya.
"Berapa banyak dari mereka yang diterima ibadah hajinya ?"
"Tidak satupun"
Percakapan itu membuat sang Abdullah Al Mubarak gemetar.
"Apa ?" ia menangis dalam mimpinya. "Semua orang - orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia ?" Fikirnya.
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar percakapan kedua malaikat itu.
"Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, akan tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh ibadah haji mereka diterima oleh Allah"
"Kenapa bisa begitu ?"
"Itu kehendak Allah"
"Siapa orang tersebut ?"
"Ali bin Al Muwaffaq, tukang sol sepatu di Kota Dimasyq (Damaskus)"
Mendengar ucapan itu, Abdullah Al Mubarak pun langsung terbangun dari tidurnya. Sepulang haji, ia tak langsung pulang menuju rumah, akan tetapi langsung menuju kota Damaskus, Syiria. Hatinya terus bergetar dan bertanya - tanya.
Sesampai disana, ia langsung mencari sang tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ia tanya, apakah ada tukang sol sepatu yang bernama Ali bin Al Muwaffaq.
Secara lengkap kisah diatas dapat disimak dalam TAUTAN INI
Hikmah yang dapat diambil dibalik kisah ini menurut H. Muhammad Yunus adalah:
Suatu ketika, setelah selesai menjalani ritual ibadah haji, Abu Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak beristirahat dan tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat dua Malaikat yang turun dari langit, dan mendengar percakapan keduanya.
"Berapa orang yang datang tahun ini untuk berhaji ?" tanya salah satu Malaikat kepada malaikat lainnya.
"Enam ratus ribu jama'ah" jawab Malaikat yang ditanya.
"Berapa banyak dari mereka yang diterima ibadah hajinya ?"
"Tidak satupun"
Percakapan itu membuat sang Abdullah Al Mubarak gemetar.
"Apa ?" ia menangis dalam mimpinya. "Semua orang - orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia ?" Fikirnya.
Sambil gemetar, ia melanjutkan mendengar percakapan kedua malaikat itu.
"Namun ada seseorang, yang meskipun tidak datang menunaikan ibadah haji, akan tetapi ibadah hajinya diterima dan seluruh dosanya telah diampuni. Berkat dia seluruh ibadah haji mereka diterima oleh Allah"
"Kenapa bisa begitu ?"
"Itu kehendak Allah"
"Siapa orang tersebut ?"
"Ali bin Al Muwaffaq, tukang sol sepatu di Kota Dimasyq (Damaskus)"
Mendengar ucapan itu, Abdullah Al Mubarak pun langsung terbangun dari tidurnya. Sepulang haji, ia tak langsung pulang menuju rumah, akan tetapi langsung menuju kota Damaskus, Syiria. Hatinya terus bergetar dan bertanya - tanya.
Sesampai disana, ia langsung mencari sang tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ia tanya, apakah ada tukang sol sepatu yang bernama Ali bin Al Muwaffaq.
Secara lengkap kisah diatas dapat disimak dalam TAUTAN INI
Hikmah yang dapat diambil dibalik kisah ini menurut H. Muhammad Yunus adalah:
- Mengajarkan agar kita ihlas melaksanakan ibadah, tidak riya, tidak takabur dan mempertotonkan ibadah yang dilaksanakan hingga menyebarkannya ke medsos yang dikuatirkan justru dapat merusak bahkan menghapus pahala dari ibadah itu sendiri.
- Bahwa hendaknya kita memperhatikan anak yatim, piatu, fakir miskin dan anak terlantar sebagai manifestasi dari firman Allah surah Almaun ayat 1 s/d 3 yang menjelaskan tentang pentingnya memperhatikan anak yatim dan fakir miskin.