Sikapi Perbedaan Penetapan Hari Arafah, Wakil Ketua Pokjaluh Bantaeng Ikut Beri Pencerahan

Bantaeng, (Inmas Bantaeng) - Menyikapi fenomena yang muncul terkait adanya perbedaan mengenai jatuhnya hari Arafah 1439 H pada berbagai belahan bumi terutama di Indonesia, Wakil Ketua Pokjaluh (Kelompok Kerja Penyuluh) Bantaeng Sopyan Yasri, S.Ag, M.Sos.I, ikut memberikan pencerahan melalui Kultum yang disampaikannya di hadapan jemaah Shalat Dhuhur di Mushallah Al Ikhlas Kantor Kemenag Bantaeng. (Senin, 20 Agustus 2018).

Dalam kuliah tujuh menit yang disampaikan oleh Penyuluh Teladan Terbaik 2 Tingkat Nasional tahun 2014 ini mengangkat 2 pendapat ulamah yang melihat ketetapan hari Arafah ini berdasarkan 2 titik pandang yaitu:

1. *Mengikuti Tempat*

Lajnah Ad-Daimah (Komite Fatwah dan Penelitian Ilmia) Arab Saudi mengikuti Arafah sebagai tempat (mengikuti penguasa Arafah) tanpa memandang tanggal dan posisi. Perkataan Lajnah yaitu:

يوم عرفة هو اليوم الذي يقف الناس فيه بعرفة، وصومه مشروع لغير من تلبس بالحج، فإذا أردت أن تصوم فإنك تصوم هذا اليوم، وإن صمت يوماً قبله فلا بأس

_Hari arafah adalah hari dimana kaum muslimin melakukan wukuf di Arafah. Puasa arafah dianjurkan, bagi orang yang tidak melakukan haji. Karena itu, jika anda ingin puasa arafah, maka anda bisa melakukan puasa di hari itu (hari wukuf). Dan jika anda puasa sehari sebelumnya, tidak masalah._ *(Fatawa Lajnah Daimah, no. 4052)*

2. *Mengikuti Waktu*

*Syaikh Shaleh Al-Utsaimin:* Karena penetuan ibadah terkait dengan waktu di mana orang itu berada sedangkan hari Arafah di sisi waktu bertepatan dengan tanggal 9 (di mana dia berada).

والصواب أنه يختلف باختلاف المطالع ، فمثلا إذا كان الهلال قد رؤي بمكة ، وكان هذا اليوم هو اليوم التاسع ، ورؤي في بلد آخر قبل مكة بيوم وكان يوم عرفة عندهم اليوم العاشر فإنه لا يجوز لهم أن يصوموا هذا اليوم لأنه يوم عيد ، وكذلك لو قدر أنه تأخرت الرؤية عن مكة وكان اليوم التاسع في مكة هو الثامن عندهم ، فإنهم يصومون يوم التاسع عندهم الموافق ليوم العاشر في مكة ، هذا هو القول الراجح ، لأن النبي صلى الله عليه وسلم يقول ( إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا )

_Yang benar, semacam ini berbeda-beda, sesuai perbedaan mathla’ (tempat terbit hilal). Sebagai contoh, kemarin hilal sudah terlihat di Mekah, dan hari ini adalah tanggal 9 Dzulhijjah. Sementara di negeri lain, hilal terlihat sehari sebelum Mekah, sehingga hari wukuf arafah menurut warga negara lain, jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, maka pada saat itu, tidak boleh bagi mereka untuk melakukan puasa. Karena hari itu adalah hari raya bagi mereka._

Demikian pula sebaliknya, ketika di Mekah hilal terlihat lebih awal dari pada negara lain, sehingga tanggal 9 di Mekah, posisinya tanggal 8 di negara tersebut, maka penduduk negara itu melakukan puasa tanggal 9 menurut kalender setempat, yang bertepatan dengan tanggal 10 di Mekah. Inilah pendapat yang kuat. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إذا رأيتموه فصوموا وإذا رأيتموه فأفطروا

_Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi, (hari raya), jangan puasa._ *(Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, volume 20, hlm. 28)*.

Menambahkan kuliahnya, Sopyan mengajak seluruh jemaah untuk menyikapi fenomena ini dengan menyandarkan pada 2 dalil diatas.

"Bagi yang sudah berniat puasa dan sudah bangun sahur tadi malam, puasanya boleh dilanjutkan dengan niat puasa Senin-Kamis atau puasa Tarwiyah. Insya Allah besok kita sama-sama puasa Arafah, dimana fadilahnya adalah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang". Tutup Sopyan. (mhd)