Ngopi bersama Pimpinan Pondok Pesantren terkait Program Beasiswa Santri Beasiswa (PBSP) serta Ngopi dalam rangka Pembinaan Guru Diniyah Takmiliyah ini diikuti sebanyak 80 orang peserta yang selain berasal dari tuan rumah Kemenag Kab. Bantaeng juga berasal dari 4 Kemenag Kabupaten lainnya antara lain Kemenag Kab. Sinjai, Kab. Bulukumba, Kab. Jeneponto dan Kab. Takalar.
Peserta berasal dari unsur pimpinan pondok, Guru Diniyah dan Santri Pondok Pesantren.
Kegiatan yang memanfaatkan DIPA Bidang Pontren pada Kanwil Kemenag Sulsel ini dibuka secara resmi oleh Kakanwil Kemenag Sulsel H. Anwar Abubakar, S.Ag, M.Pd didampingi Kabid PD Pontren H. Fatur Rahman dan Kepala Kantor Kemenag Bantaeng Dr. H. Muhammad Yunus, M.Ag sebagai tuan rumah bertempat di aula Kantor Kemenag Bantaeng. (Selasa, 16/4/19)
Turut hadir Kasi Pendidikan Diniyah dan Kasi Pontren pada Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Sulsel, Kasubag TU Kantor Kemenag Bantaeng H. Muh Ahmad Jailani, Kasi PD Pontren Kantor Kemenag Bantaeng Hj. St. Wahni serta sejumlah Kepala Seksi PD Pontren Kemenag Se Sulawesi Selatan bagian Selatan-Selatan antara lain Kasi PD Pontren Kemenag Kabupaten peserta kegiatan Ngopi dan juga sejumlah Kasi PD Pontren Kemenag Kabupaten Kota lainnya antara lain Kab. Maros, dan Kota Makassar.
Acara diawali dengan sambutan dan ucapan Selamat Datang oleh Kepala Kantor Kemenag Kab. Bantaeng sebagai tuan rumah.
''Ahlan Wa Sahlan, selamat datang kami ucapkan kepada bapak Kakanwil Kemenag Sulsel beserta rombongan, bapak-bapak, Ibu-Ibu Kepala Seksi PD Pontren Kemenag Kabupaten/Kota yang sempat hadir, serta para peserta Ngopi dari 5 Kabupaten". Ucap Kakan Kemenag.
"Penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bidang PD Pontren Kanwil Kemenag Sulsel yang telah memilih Kab. Bantaeng sebagai tempat pelaksanaan Ngopi kali ini". Tuturnya
"Ini memiliki makna yang luar biasa, selain menyampaikan materi juga tentunya akan terjalin silaturrahmi diantara peserta dari 5 Kabupaten". Tambahannya.
Kakan Kemenag Bantaeng berharap kegiatan yang dilaksanakan di aula yang cukup sederhana ini dapat melahirkan gagasan-gagasan cemerlang.
Akhirnya, Kakan Kemenag Bantaeng menyampaikan Permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika sebagai tuan rumah dengan segala keterbatasan yang dimiliki tidak dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada para peserta
"Kami berharap semoga kegiatan ini membawa berkah dan rahmat untuk pengembangan Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren kedepan". Pungkasnya
Sementara itu Kakanwil Kemenag Sulsel H. Anwar Abubakar, S.Ag, M.Pd dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Ngobrol Pendidikan Islam di Kabupaten Bantaeng ini.
Berbicara mengenai Pondok Pesantren, Kakanwil mengangkat Filosopi Kopi dan Sarabba minuman khas Bugis Makassar, sebagaimana yang disuguhkan tuan rumah sejak semalam di Pantai Seruni Bantaeng bersama rombongan.
Bahwa Kopi dan Sarabba itu tersaji setelah melalui proses yang begitu panjang, mulai dari mempersiapkan bahannya hingga pada proses peracikannya.
"Kopi atau jahe sebagai bahan bakunya terlebih dahulu ditumbuk atau dihancurkan untuk mendapatkan kopi atau Sarabba yang berkualitas, demikian pula seorang santri yang berkualitas tentunya melalui proses pembinaan yang keras dan kuat dari para pembina". Ungkap Kakanwil
Lebih lanjut Kakanwil mengungkapkan bahwa seiring perkembangan zaman, Pondok pesantren dari waktu ke waktu bukan lagi menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat akan tetapi sudah menjadi pilihan utama.
Sehingga dari itu lanjut Kakanwil, perlunya kita menghidupkan kembali ciri khas pondok pesantren dalam melakukan pembinaan kepada para santri
Menurut Kakanwil ada 2 bahasa yang tidak boleh hilang di Pondok Pesantren yakni Bahasa Arab dan Bahasa Inggeris, sehingga sebuah Ponpes harus didukung dengan Laboratorium Bahasa
Ada keprihatian Bapak Kakanwil terhadap dunia Pondok Pesantren saat ini. bahwa beliau melihat ada 3 kondisi atau tantangan yang ada di Pondok Pesantren saat ini
Yang pertam bahwa saat ini 5 bahasa yang wajib ada di pondok pesantren saat ini sudah hampir hilang.
Kelima bahasa yang dimaksud Kakanwil tersebut adalah
- Bahasa Daerah
- Bahasa Indonesia
- Bahasa Inggris
- Bahasa Arab
- Bahasa Alternatif
Yang kedua yang hampir hilang adalah pengkajian Kitab Kuning atau kitab gundul.
"Pengalaman dari setiap event Musabaqah Qiraatul Kutub, santri yang turut berpartisipasi masih sangat minim dibannding dengan jumlah Ponpes yang ada". Ungkapnya lagi
"Ini karena minimnya pembinaan, oleh karena itu, tentunya menjadi tugas dan tanggung jawab bagi kita semua khususnya bagi pembina Pondok Pesantren untuk terus melakukan pembinaan". Tuturmya
Dan yang ketiga adalah kenyataan bahwa tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di pondok pesanrren masih sangat rendah tingkat kesejahteraannya, terkait penerimaan tunjangan sertifikasi kecuali yang juga kebetulan mengajar di madrasah.
Lebih lanjut Kakanwil yang juga mantan Kakan Kemenag Bantaeng ini melihat semakin kedepan tantangan pondok pesantren inj semakin besar, bahkan dikatakan bahwa Pondok Pesantren saat ini ibaratnya menjadi benteng pertahanan.
Untuk itu menurut Kakanwil Selain ilmu agama, santri hendaknya juga dibekali pengetahuan umum, misalnya teknologi komputer, dan lain-lain
Akhirnya Kakanwil berharap kedepan Pondok pesantren betul-betul bisa menjadi pilihan utama bukan lagi menjadi pelarian.
"Ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola dan pembina Pondok Pesantren". Tutupnya. (mhd)