Fenomena Lebaran Kembar

(Mahdi, Kemenag Bantaeng) – Fenomena yang sering terjadi di Indonesia dan mungkin di belahan dunia yang lain ketika Lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha adalah ketika terjadi lebaran kembar.

Demikian pula Idul Adha 1436 H/2015 M kali ini, bagaikan taqdir yang tak dapat ditolak, Lebaran Kembar pun tak dapat dielakkan, dimana Pemerintah RI setelah melalui Sidang Itsbat telah menetapkan 1 Zulhijjah 1436 H jatuh pada hari Selasa tanggal 15 September 2015 sehingga Lebaran Idul Adha jatuh pada hari Kamis Tanggal 24 September 2015, sementara salah satu Ormas terbesar di negeri ini sebutlah Muhammadiyah jauh sebelumnya melalui Maklumat PP Muhammadiyah tanggal 28 April 2015 telah menetapkan Idul Adha 1436 H  jatuh pada hari Rabu tanggal 23 September 2015.
Penetapan Hari Raya Idul Adha 1436 H oleh Pemerintah RI kali ini senada dengan Pemerintah Arab Saudi yang telah menetapkan pelaksanaan Wukuf jatuh pada hari Rabu, 23 September 2015, dan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Kamis, 24 September 2015. Keputusan ini diambil Pemerintah Arab Saudi setelah Lembaga Pemantau Hilal Kerajaan melakukan pengamatan terhadap peredaran bulan. Dalam pengamatan yang dilakukan pada Minggu, 13 September 2015, hilal sebagai tanda jatuhnya 1 Zulhijjah 1426 Hijriah belum terlihat. sehingga Pemerintah Arab Saudi menggenapkan bulan  Zulkaedah 30 hari dan menetapkan 1 Zulhijjah jatuh pada hari Selasa, 15 September 2015.

Kontroversi pun bermunculan, bahkan di tubuh Persyarikatan Muhammadiyah sendiri pun sempat muncul Maklumat Pimpinan Daerah setempat yang isinya bertentangan dengan Keputusan Pimpinan Pusat sehubungan dengan Penetapan Hari Raya Idul Adha 1436 H, meskipun kemudian disusul dengan Maklumat baru yang menggugurkan Maklumat sebelumnya dan kembali mengikuti titah Pimpinan Pusat.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa, secara personality warga persyarikatan maupun simpatisan mulai meragukan validitas metode hisab yang diyakini keakuratannya selama ini, apalagi muncul propaganda dari komunitas muslim lain bahwa Shalat Idul Adha yang dilaksanakan hari ini (Rabu, 23/9/15, red) bahkan mendahului wukuf di Arafah. Tak ayal jamaah hisab pun berkurang, masjid-masjid yang biasanya buka untuk menampung simpatisan Muhammadiyah kali ini tutup dan lebih memilih berlebaran ikut Pemerintah RI maupun Pemerintah Arab Saudi.

Tak ada yang salah dari Metode Hisab Hakiki yang dianut Muhammadiyah, hanya saja kebetulan penentuan Idul Adha Muhammadiyah kali ini berbeda dengan hasil pemantauan hilal pemerintah Arab Saudi. Pemerintah RI pun pernah di unfollow oleh banyak pendukungnya ketika hasil pengamatan hilal oleh Pemerintah RI berbeda dengan hasil pengamatan hilal di Arab Saudi, dan metode Hisab pun naik daun karena penetapan Idul Adha oleh Pimpinan Muhammadiyah waktu itu bertepatan dengan Idul Adha di Arab Saudi.

Dari Fenomena tersebut diatas, persoalan yang menjadi sentra permasalahan sebenarnya adalah adanya 2 metode penentuan awal bulan Hijriyah, yaitu metode Hisab dan Rukyatul Hilal, yang keduanya berlandaskan pada dalil yang kuat, namun perbedaan yang muncul kemudian akan menimbulkan egoisme dari para pendukung awamnya yang tanpa kita sadari akan berpotensi memecah belah ummat.

Jika saja ada semacam lembaga katakanlah MUI yang dapat menyatukan perbedaan yang muncul dari hasil keputusan kedua metode tersebut, niscaya Lebaran akan lebih Indah dan inilah Rahmat yang sesungguhnya